Halaman

ucapan

Sabtu, Maret 23, 2013

Belajar dari tukang laksa

Ilustrasi
Beberapa tahun lalu ada tukang laksa keliling lewat depan rumah.
Saya teringat dialog sederhana dengan tukang tukang laksa tersebut.
"Bang, laksanya kok gak pake ayam atau telor?" tanyaku,
"Emang gak pake ayam!" jawabnya.
"Oh, biasanya kalau di Mall saya makan laksa ada ayam atau telor rebus," responku santai sambil memberi informasi, mungkin dia mendapat inspirasi.
Ternyata bukan dapat terima kasih atas info berharga, si tukang laksa malah sesumbar (tidak marah, cuma sesumbur);
"Saya sudah 17 tahun jualan laksa keliling, dari dulu yang begini saja (komposisinya)!"
Wow, dia bangga dengan pengalaman 17 tahun dan dia bangga dengan tidak adanya perubahan dalam 17 tahun tersebut.
Dalam pikiran saya cuma menyimpulkan, ini mungkin sebabnya ia tidak mengalami perubahan selama 17 tahun dalam hidupnya, dan beberapa tahun selanjutnya.
Ia tidak mau menerima perubahan, ia tidak menerima ide baru, ia tidak menerima perbedaan.

PERUBAHAN memang bisa beresiko pada kemerosotan tapi juga mempunyai peluang untuk kemajuan drastis.
 
Ketika penjual laksa lain sudah buka kios, restoran atau berjualan di mall-mall, dia masih keliling kampung dan semakin sedikit peminatnya (karena selera masyarakat meningkat).
Bahkan sekarang saya hampir tidak pernah bertemu lagi dengannya. Bangkrut? Tidak tahu.
Penjual laksa hanyalah satu contoh, tapi ini bisa terjadi pada siapa saja, bidang apa saja.

Jika kita anti perubahan, maka dipastikan hidup kita begitu-begitu saja.
Lebih parah lagi jika kita tidak berubah sedangkan sekeliling kita berubah, maka kita ketinggalan zaman.
Perubahan adalah kepastian, kita harus selalu terbuka dengan perubahan.

Pastikan Anda selalu terbuka pada ide baru dan perubahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentar ANDA