Suparno menuturkan, semenjak UM menerapkan Uang Kuliah Tunggal (UKT), pemasukkan UM menurun drastis. Karena itu pihaknya melakukan perhitungan ulang terhadap biaya pendidikan itu."Sekarang kami sedang menghitung ulang terkait biaya untuk diterapkan pada 2013 nanti," kata Suparno, Rabu (5/12/2012).
UKT yaitu sistem pembayaran kuliah yang hanya membebankan biaya Sumbangan Pengembangan Pendidikan (SPP), tanpa menarik Sumbangan Pengembangan Sarana Akademik (SPSA) atau uang gedung. Besaran UKT Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per semester per mahasiswa. Padahal berdasarkan hitungan ideal, biaya pendidikan mencapai Rp 3,5 juta hingga Rp 5 juta per semester per mahasiswa.
Dikatakan Suparno, biaya operasional kampus selama setahun mencapai Rp 90 miliar. Sementara sumber pemasukkan tahun 2012 dari penerapan UKT hanya sekitar Rp 30 Miliar. Sementara pada tahun-tahun sebelumnya, pemasukkan terbesar bersumber dari SPSA yang mencapai Rp 60 miliar. "Karena sudah tidak ada SPSA, maka kami berharap kepada pemerintah dari Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN)," ujarnya.
Tahun ini UM hanya memperoleh BOPTN sebesar Rp 38 Miliar pada 2012. Artinya keuangan UM minus Rp 22 M.
Salah satu solusi agar keminusan itu tidak semakin besar yakni dengan menaikkan biaya pendidikan yang diperkirakan bakal naik hingga 50 persen. "Tapi hanya kemungkinan. Bisa saja biayanya semakin murah apabila BOPTNnya semakin besar. Bahkan bisa gratis apabila BOPTN sebesar biaya operasional kami," tukasnya.
Sementara, Pembantu Rektor 1 UM, Prof. Dr.H Hendyat Soetopo menambahkan, kuota mahasiswa baru pada 2013 sama dengan tahun ini yakni, 6.463 mahasiswa. Kuota itu juga bisa berubah tergantung instruksi dari pemerintah pusat. "Sementara ini tetap karena belum ada instruksi penambahan," ujar Hendyat. Kalaupun ada instruksi penambahan, pihaknya mengaku siap.
http://www.unand.ac.id/ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentar ANDA