Ada yang berbeda dengan penyelenggaraan Kongres Rakyat Nasional China di
Beijing, tahun ini. KRN kali ini tergolong istimewa karena menandai
alih kekuasaan dari generasi keempat ke generasi kelima pimpinan Partai
Komunis China. Presiden dan perdana menteri baru pun akan dilantik pada
kongres itu.
Namun, semua tanda hajatan besar sedang berlangsung
di ibu kota China itu kini jauh berkurang. Tak ada lagi kelompok
perempuan cantik menyambut para delegasi di bandar udara.
Tak ada
lagi polisi yang mengawal kendaraan para delegasi menembus kemacetan
Beijing. Para wakil rakyat yang terhormat itu pun tak lagi diinapkan di
hotel-hotel mewah. Alih-alih mereka dipersilakan tinggal di wisma-wisma
tamu sederhana.
Hilang sudah lobster dan sirip ikan hiu di menu makan siang yang disajikan bagi para delegasi yang bersidang di Balai Agung Rakyat.
”Tak
ada lagi daging dalam menu sarapan. Kami makan sajian prasmanan, serasa
sedang bepergian dengan biro perjalanan biasa yang menempatkan kami di
hotel tak berbintang. Makan siang dan makan malam juga lebih sederhana,
empat atau lima hidangan panas, tetapi tak ada sea food,” tutur Han
Deyun, delegasi dari kota Chongqing, China barat daya.
Hidangan
makan siang hari Rabu (6/3), misalnya, hanya terdiri atas sup telur
pecah, jagung rebus, tumis sayur bokchoy, dan nasi dengan daging babi.
Delegasi
militer mendapat aturan lebih ketat. Mereka diperintahkan membawa
perlengkapan mandi sendiri dari rumah dan harus menggunakan kendaraan
angkutan bersama saat di Beijing.
Surat kabar resmi Tentara Pembebasan Rakyat
menyebutkan, tak ada lagi buah-buahan yang disajikan di kamar para
delegasi militer. Mereka juga dilarang keras menerima undangan makan di
luar, terutama jika sifatnya personal.
”Kami diperintahkan untuk
mencurahkan waktu dan perhatian kami pada rapat-rapat di kongres ini,”
tutur Liu Lanchang, delegasi militer dari Jiangsu, yang mengaku harus
membatalkan sejumlah janji makan di luar dengan teman-temannya di
Beijing.
Semua itu terasa agak ironis karena terjadi di China,
negara kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia dengan produk domestik
bruto mencapai lebih dari 8 triliun dollar AS tahun lalu.
Memicu kemarahan
Pertumbuhan
pendapatan masyarakat China mencapai 8,8 persen per tahun di perkotaan
dan 9,9 persen per tahun di pedesaan. Pendeknya, makin banyak orang kaya
di China, tetapi kekayaan yang dipamerkan para pejabat partai dan
pemerintahan memicu kemarahan rakyat.
Para pejabat itu selama ini
selalu memamerkan gaya hidup mewah, seperti memiliki banyak vila,
mengendarai mobil mewah, mengenakan arloji mahal, dan menyekolahkan
anak-anak mereka di perguruan tinggi favorit di luar negeri.
Semua
itu menjadi sumber kemarahan rakyat China terhadap Partai Komunis China
(PKC) karena rakyat tahu para pejabat itu tak mungkin membeli semua
kemewahan tersebut dengan gaji mereka.
Itu yang membuat pemimpin
baru PKC, Xi Jinping, melarang segala bentuk pemborosan dan kemewahan
dalam Kongres Rakyat Nasional (KRN) tahun ini sebagai bagian dari upaya
dia memberantas korupsi.
Para pengkritik mengatakan, pelarangan
terhadap gaya hidup mewah itu lebih sebagai sebuah langkah pencitraan,
yang belum tentu akan memberantas akar korupsi. Meski demikian, langkah
itu patut dipuji, paling tidak untuk membuat orang-orang yang merasa
terhormat itu kembali ingat mereka di sana untuk bekerja bagi rakyat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentar ANDA