Halaman

ucapan

Senin, November 26, 2012

Hari Guru Nasional 2012

Beberapa celoteh siswa 
pak guru.....
bu guru......


“ sekarang guru hanya datang memberikan tugas, 
memberi materi dikelas,
tanpa ada praktek langsung di lapangan, 
ini kan lebih menjiwai terhadap anak-anak 
jika ada praktek dan dapat dirasakan langsung, 
tidak sebatas dipikiran saja”

“aku tidak peduli tempat ini layak dan tidak untuk ditempati, 
tapi yang terpenting saya nyaman dan senang belajar disini 
dan guru saya disini sangatlah antusias sekali membimbingku, 
 meski dengan fasilitas yang sederhana”.....

 "tugas - tugas - tugas.....setiap hari isinya yang aq terima disekolah
 satu bab belum jelas pindah ke bab lain.......dan ulangan.
kami dikira semua pandai....."



Pemerintah tidak pernah berhenti menggaungkan pendidikan karakter untuk anak bangsa. Namun sayangnya pendidikan karakter yang didengungkan tersebut masih jauh dari kata tercapai karena guru sebagai garda depan tak bekerja sesuai tugas utamanya.

Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Sulistiyo, mengatakan bahwa tugas utama guru yang sebenarnya tidak hanya mengajar saja tapi juga mendidik, membina dan mengevaluasi. Namun hal ini urung terwujud karena muncul batas minimum tatap muka guru dan murid yang harus dicapai sebagai syarat penilaian kinerja.

"Guru ini punya peran penting untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tapi dalam tugasnya saat ini telah tereduksi yaitu hanya mengajar saja," kata Sulistiyo, saat jumpa pers di Kantor PGRI, Jalan Tanah Abang III, Jakarta, Senin (26/11/2012).

Tak hanya itu, pembinaan kompetensi dan sertifikasi juga mengalami ketimpangan antara guru PNS dengan guru swasta dan honorer. Pasalnya, kesenjangan pembinaan kompetensi ini berpengaruh pada penilaian kinerja dan pengaturan kenaikan pangkat atau jabatan para guru ini.

"Banyak guru swasta yang sudah 20 tahun mengajar tapi tidak juga naik jabatannya. Ini harus diatur karena berkaitan juga dengan kesejahteraan mereka," ujar Sulistiyo.


Sementara itu, untuk uji kompetensi terhadap guru ini juga harus seimbang antara pengetahuan dengan keterampilan dan perilakunya. Tentu dengan cara seperti ini diharapkan akan mampu melahirkan guru yang inspirati dan berkarakter untuk anak bangsa.

"Jadi jangan hanya pengetahuan saja tapi juga kepribadian dan sosialnya. Contohnya ibu Muslimah di Laskar Pelangi, kalau di uji kompetensi mungkin tidak lulus tapi dedikasi kerja dan kepribadiannya sangat bagus. Yang seperti ini harus diperhatikan juga," ungkap Sulistiyo.

"Karena selama tugas guru terus direduksi maka pendidikan karakter tidak akan tercapai," tandasnya.

<Sumber> 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentar ANDA