aq punya cerita......
Memang sebenarnya Matematika bisa membuat kita sakit
baik fisik maupun fikiran.....Bagaimana mungkin tidak sakit fisik.....?
Dulu tat kala aq SD aq sering disuru maju untuk mengerjakan soal
Matematika di papan tulis......apa yang terjadi ......?
aq biasanya g bisa mengerjakan ....Alhasil aq di setrap berdiri sampai ada teman yang bisa mengerjakan soal tersebut.....
Alhasil disaat SD aq selalu cemas klo waktunya Matematika.
Oh iya .....suatu saat aq ketemu guruku SD dan dia bertanya ke aq
....Nif kamu sekarang udah kerja dimana ?
aq jawab ....sekarang aq ngajar pak.
Guruku tanya lagi.....Ngajar apa Nif ?
Guru SD ku ngomong ....aq ngak percaya Nif ...lha wong kamu g pinter Math
dulu gtu.
Aq langsung bercanda ke dia....mungkin inilah hasilnya pak
dahulu aq sering maju n g bisa ciyus kepalaq njenengan benturkan ke papan tulis
so .....akhirnya selepas SD otakq tambah encer pak........
hahahahahahahahaha.........enelan lho ini
Nich berita yang serius nya
aq ambil dari
aq ambil dari
CHICAGO
KOMPAS.com
Matematika bisa membuat
seseorang benar-benar merasakan sakit secara fisik dalam kondisi
tertentu. Inilah yang terungkap dalam riset terbaru yang dipublikasikan
di jurnal PLoS ONE, Rabu (31/10/2012).
Tim peneliti yang dipimpin Ian Lyons, psikolog dari Universitas Chicago, melakukan observasi terhadap 14 orang yang mengalami kecemasan tinggi pada matematika (high math anxiety) dan 14 orang dengan tingkat kecemasan pada matematika yang rendah (LMA).
Tingkat kecemasan diidentifikasi oleh individu itu sendiri. Parameter kecemasan dinilai dari rasa gelisah saat berjalan menuju kelas matematika atau saat harus mengambil mata pelajaran matematika untuk lulus dari studi.
Dalam riset, orang yang mengalami HMA dan LMA diberikan satu seri soal matematika dan soal cerita. Peserta diminta melihat monitor, sementara aktivitas otaknya dilihat dengan magnetic resonance imaging (MRI). Di layar, akan tampak lingkaran kuning dan kotak biru sebagai tanda jenis soal selanjutnya, apakah matematika atau soal cerita.
Hasil riset menunjukkan, saat sinyal soal matematika keluar, aktivitas bagian otak yang terkait dengan rasa sakit pada orang dengan HMA tiba-tiba meningkat. Semakin cemas, maka semakin tinggi pula aktivitas bagian itu. Hal yang sama tak dijumpai pada orang dengan LMA.
Riset tersebut menunjukkan bahwa dengan kondisi tertentu, matematika benar-benar bisa memicu rasa sakit. Namun, peneliti mengingatkan, bukan berarti matematika harus dimusuhi. Sebab rasa bukan datang dari matematika itu sendiri.
"Karena temuan kami spesifik pada aktivitas terkait isyarat tertentu, bukan matematika itu sendiri yang memicu rasa sakit, tetapi antisipasi pada matematika itu yang menyakitkan," papar Lyons dalam publikasinya.
Sebelumnya, peneliti lain juga telah menemukan bahwa rasa sakit fisik bisa disebabkan oleh pengalaman sehari-hari. Sebagai contoh, putus cinta dan penolakan sosial terbukti mengakibatkan sakit secara fisik.
Tim peneliti yang dipimpin Ian Lyons, psikolog dari Universitas Chicago, melakukan observasi terhadap 14 orang yang mengalami kecemasan tinggi pada matematika (high math anxiety) dan 14 orang dengan tingkat kecemasan pada matematika yang rendah (LMA).
Tingkat kecemasan diidentifikasi oleh individu itu sendiri. Parameter kecemasan dinilai dari rasa gelisah saat berjalan menuju kelas matematika atau saat harus mengambil mata pelajaran matematika untuk lulus dari studi.
Dalam riset, orang yang mengalami HMA dan LMA diberikan satu seri soal matematika dan soal cerita. Peserta diminta melihat monitor, sementara aktivitas otaknya dilihat dengan magnetic resonance imaging (MRI). Di layar, akan tampak lingkaran kuning dan kotak biru sebagai tanda jenis soal selanjutnya, apakah matematika atau soal cerita.
Hasil riset menunjukkan, saat sinyal soal matematika keluar, aktivitas bagian otak yang terkait dengan rasa sakit pada orang dengan HMA tiba-tiba meningkat. Semakin cemas, maka semakin tinggi pula aktivitas bagian itu. Hal yang sama tak dijumpai pada orang dengan LMA.
Riset tersebut menunjukkan bahwa dengan kondisi tertentu, matematika benar-benar bisa memicu rasa sakit. Namun, peneliti mengingatkan, bukan berarti matematika harus dimusuhi. Sebab rasa bukan datang dari matematika itu sendiri.
"Karena temuan kami spesifik pada aktivitas terkait isyarat tertentu, bukan matematika itu sendiri yang memicu rasa sakit, tetapi antisipasi pada matematika itu yang menyakitkan," papar Lyons dalam publikasinya.
Sebelumnya, peneliti lain juga telah menemukan bahwa rasa sakit fisik bisa disebabkan oleh pengalaman sehari-hari. Sebagai contoh, putus cinta dan penolakan sosial terbukti mengakibatkan sakit secara fisik.
Sumber :
LiveScience
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentar ANDA