”Semua pihak ingin semua sekolah dan daerah melaksanakan ujian nasional secara jujur supaya hasilnya murni,” kata Djemari Mardapi, Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan, di Jakarta, Selasa (19/1).
Dalam upaya mencapai UN kredibel, Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional ditugaskan untuk memetakan hasil UN dan kejujuran menurut sekolah, provinsi, kota/kabupaten.
Selain melakukan identifikasi, lanjut Djemari, pengawasan dalam penyelenggaraan ujian nasional jenjang SMA/MA tahun ini diperketat. Demikian juga peran perguruan tinggi dalam tim pemantau independen untuk pelaksanaan UN tingkat SMP dan SMK.
”Jika tahun lalu perguruan tinggi cuma pengamat, tahun ini mereka sebagai pengawas yang bisa masuk ruang kelas jika dibutuhkan. Dalam pengarahan kepada guru-guru pengawas ruangan, perguruan tinggi juga terlibat,” kata Djemari.
DIY paling bersih
Secara terpisah, Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di Madiun mengatakan, untuk mencegah terjadinya kecurangan UN, pengawasan dan pengamanan akan diperketat mulai dari penggandaan soal, distribusi soal, pelaksanaan ujian di setiap ruang ujian, sampai penilaian.
”Pengawasan UN di semua tahapan akan diperketat,” kata Mendiknas seusai menyosialisasi pelaksanaan UN kepada para bupati yang hadir dalam Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) di Madiun, Senin (18/1) malam.
Anggaran terbatas
Di Surabaya, Koordinator Pelaksana Pengawas UN SMA/MA dan Tim Pemantau Independen UN SMP Jawa Timur Syafsir Akhlus mengatakan, karena keterbatasan anggaran, bantuan pengawasan UN dari perguruan tinggi untuk SMA dan SMP tidak mencakup semua sekolah. ”Kendatipun demikian, pengawas perguruan tinggi negeri tetap bersungguh-sungguh memantau pelaksanaan UN 2010,” ujarnya.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengalokasikan anggaran Rp 10,9 miliar untuk pengawasan dan pemindaian UN di Jawa Timur ditambah Rp 2,2 miliar untuk tim pemantau independen. Untuk itu, BSNP mengharapkan setiap sekolah diawasi dua orang dari perguruan tinggi. Tahun sebelumnya, setiap sekolah diawasi satu orang dengan anggaran keseluruhan Rp 8,2 miliar.
Sementara itu, Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Priyo Suprobo mengatakan, akan sangat baik bila ada satuan tugas pengawas UN dari masyarakat yang benar-benar peduli pada kejujuran. Selain cakupannya lebih luas, anggaran yang dikeluarkan lebih hemat karena kemungkinan pengawasan dilakukan para relawan. Bila ada satuan tugas dari masyarakat, kata Priyo, sesungguhnya tidak perlu ada pengawas dari perguruan tinggi
SUMBER Kompas.com
semoga pendidikan Indonesia semakin cerah , maju , jujur n berwibawa
BalasHapusMungkin sedikit yang perlu di cermati oleh pemegang kebijakan di Indonesia. Kita semua tahu, sebuah kecurangan dimeja judi dilakukan untuk menang dan untung (maklum, mantan...hihihii). Nah kalo dalam dunia pendidikan, mungkinkah ada semacam keuntungan yang didapat daerah atau sekolah jika melakukan kecurangan?
BalasHapusSemoga pandangan atau mungkin juga sudah menjadi kebijakan jika daerah yang tingkat kelulusan tertinggi dengan nilai tertinggi bisa dipandang wah dan hebat. Karena dalam pandangan awam saya sebagai masyarakat, justru yang wah itu jika sekolahnya mampu mengirim siswanya ke olimpiade mtk international atau even prestasi lainnya diluar itungan Unas diatas.
Tapi ya itu, jika pendapat saya bisa jadi acuan, trus kongkalikong dan yang dapet namanya siapa?
Happy blogging aja!
makasih mas Is.....
BalasHapusini namanya bukan kongkalikon
tp kaplok-mengaplok....
sebelum dikaplok yg atas kita kaplok dulu
dibawah kita......dst
hahahaha.....happy blogging juga mas Is
hanya berharap untuk bisa lebih baik dan bijaksana...
BalasHapusitu yang qt harapkan Nda.....
Hapussemoga ..........n Aamiin